Denasri wetan, Batang-Suasana asri yang terbentang di wilayah pantura Perbatasan Batang-Pekalongan ini berasal dari perpaduan persawahan, tambak, dan ternak sapi-kambing. Hampir setengah wilayah Denasri Wetan merupakan daerah persawahan bak hamparan karpet hijau yang menyegarkan mata. Sekilas menilik sumber daya alam yang melimpah menampakkan kekayaan dari Denasri Wetan. Namun kenyataan berkata lain. Rumah penduduk yang sederhana dan kesejahteraan penduduk masih di ambang garis kemiskinan membuat tanda tanya besar bagi tim mahasiswa KKN Denasri Wetan. Bagaimana tidak, harta karun yang melimpah nyatanya belum dapat membuat penduduk Denasri Wetan sejahtera seluruhnya. Tentunya ini menjadi PR besar tim mahasiswa KKN untuk menemukan akar permasalahan dan potensi desa yang dapat dikembangkan sebagai solusinya.
Akar permasalahan Desa Denasri Wetan
Survei yang dilakukan ke beberapa pihak terkait menghasilkan data yang signifikan untuk menganalisis akar permasalahan Denasri Wetan. Pengangguran, sampah, dan rob! Wilayah Denasri Wetan memang tidak memiliki area pantai atau pun laut. Namun, rob seringkali menyapu sebagian wilayah ini sehingga menimbulkan kerusakan pada daerah utara, yaitu daerah persawahan. Perangkat desa dan beberapa tokoh masyarakat sepakat untuk mencanangkan alih fungsi sawah tersebut menjadi tambak. Tampak baru sebagian tanah sisa rob yang sudah beralih fungsi dengan baik menjadi tambak bandeng, namun sebagian lagi masih teronggok tak lagi berfungsi baik sawah maupun tambak. Hal ini membuat miris tim mahasiswa KKN II Undip karena berhektar-hektar tanah teronggok menjadi sarang nyamuk dan penyakit karena genangan air kotor menyelubunginya tanpa ada perawatan yang baik.
Selain itu sampah yang tertimbun juga menjadi masalah lain dari Denasri Wetan. Sistem pembuangan sampah mandiri terorganisir telah direncanakan beberapa tahun terakhir, namun belum bisa berjalan dengan baik. Satu hal utama yang menjadi kendala program ini adalah kesadaran masyarakat. Barangkali revolusi mental memang harus digerakkan agar menyadarkan betapa pentingnya mengorganisir sistem pembuangan sampah di Desa Denasri Wetan. Rasa malas dan stigma masyarakat berkaitan dengan tujuan dan keuntungan organisir masyarakat perlu dirombak sedikit demi sedikit.
Pengangguran di sini bukan berarti nganggur sepanjang waktu. Namun kurangnya kegiatan positif penduduk di sela-sela pekerjaannya menimbulkan beberapa keresahan, istilahnya nongkrong-nongkrong tidak berfaedah. Setelah mendapatkan hasil dari persawahan dan keuntungan melaut sebagai nelayan, warga seringkali bersantai-santai di perkampungan tanpa kegiatan positif. Seolah bingung menyalurkan harta dan waktu luangnya. Ketiga masalah Denasri Wetan tentunya memiliki solusi tersendiri. Hanya soal waktu dan kegigihan menggali potensi tersebut yang perlu ditingkatkan.
Potensi tersembunyi sebagai solusi
Satanak yang merupakan singkatan dari sawah, tambak, dan ternak dapat dijadikan solusi atas permasalahan di Desa Denasri Wetan. Pemanfaatan sumber daya alam inilah kuncinya. Selayaknya sumber daya alam yang berlimpah diimbangi oleh kualitas sumber daya manusia yang baik pula. Diperlukan revolusi mental untuk menggugah kesadaran masyarakat bahwa potensi Denasri Wetan ini berlimpah bak harta karun yang terpendam. Diperlukan pelatihan-pelatihan intens pada masyarakat mengenai cara efektif dan lebih menguntungkan dalam mengolah sumber daya alamnya.
Selama ini tanah pertanian di Denasri Wetan hanya ditanami oleh padi. Padahal jika disela-sela penanaman padi tersebut diselingi oleh palawija tentunya lebih menguntungkan. Olahan dari padi ini hanyalah beras saja yang dimanfaatkan. Adapun jerami yang memiliki banyak pemanfaatan terbuang begitu saja bersama abu pembakaran sampah. Dari segi peternakan pun diperlukan pelatihan dan pengarahan untuk pengolahan hasil ternak mulai dari daging, kulit, hingga susu yang tentunya lebih menghasilkan keuntungan dibanding menjual mentah ternak tersebut. Tambak dan persawahan masih menghadapi masalah utama rob. Untuk itu diperlukan edukasi pada masyarakat betapa pentingnya bersama-sama menangkal rob tersebut dengan menanam mangrove di titik-titik rawan rob. Saat ini mindset warga masih menganggap mangrove tidak berpengaruh terhadap rob secara instan dan hanya merusak dan mengambil luas tanah milik warga. Tambak yang ada saat ini juga memerlukan beberapa peningkatan kualitas dan pengolahan hasil. Bandeng misalnya dapat diolah menjadi berbagai macam kudapan dan dapat dijadikan simbol khas dari Denasri Wetan setelah dikemas rapi dalam home industri.
Permasalahan sampah juga masih terkendala oleh mindset warga bahwa sampah toh hanya sampah yang tidak menghasilkan apapun. Namun itu tidak benar! Di era penghijauan masa kini, organisir sampah menjadi salah satu peran penting keberhasilan perbaikan lingkungan. Bahkan sekarang sedang booming bisnis pengolahan sampah yang menghasilkan keuntungan cukup besar. Hal ini haruslah dimulai dari individu untuk sekadar organisir sampah organik dan anorganik, yang selanjutnya dibentuklah sistem pemisahan hingga TPA. Adapun di TPA tersebut dilakukan daur ulang sampah plastik dan kertas menjadi benda-benda yang menghasilkan daya jual tinggi. Sampah organik sendiri dapat menjadi pupuk kompos yang lebih sehat dibanding pupuk kimiawi. Diperlukan gebrakan dan inisiasi yang kuat untuk menyadarkan warga betapa banyak harta karun yang tersembunyi di sini.
Kegiatan-kegiatan positif seperti pengajian ataupun pelatihan skill dibutuhkan warga untuk mendompleng kua;itas sumber daya manusia nya. Pendekatan kepada Tuhan via pengajian akan menghasilkan pribadi agamis berakhlak mulia. Sedangkan skill via pelatihan-pelatihan akan menjadikan lahan pundi-pundi penghasilan tambahan warga selain menjadi petani, nelayan, atupun peternak. Pembentukan wahana wisata untuk menarik turis lokal maupun mancanegara pun perlu dicanangkan mengingat suasana asri Denasri Wetan dapat mendatangkan ketenangan dan keindahan tersendiri jika dikelola dengan baik. Diharapkan segala potensi Denasri Wetan yang terpendam tersebut dapat digali dan dimanfaatkan warga untuk menutup akar permasalahan yang ada. (Tim KKN II Desa Denasri Wetan, Batang)